Tentang Wanita

Dalam hal hubungan dengan wanita, pengalaman dan keahlian saya jauh melebihi ayah saya. Ibu saya konon adalah pacar pertama dan terakhir Bapak. Tak heran, Mbah Putri sampai berseru, “Syukur alhamdulillah… akhire dikenalke” ketika Bapak membawa Ibu ke rumah untuk diperkenalkan kepada keluarga. 

Sebelum, mengenal Ibu, Bapak lebih dulu mengenal adik nomor 6 dan kakak nomor 3-nya. (Sebagai tambahan informasi saja, Ibu saya nomor 5 di keluarganya, dari 13 bersaudara.) Itu karena ayah saya sempat menjabat Ketua D.P.P.*) G.S.N.I.**) Posisinya itu membuat beliau kerap berinteraksi dengan para kader organisasinya dari seluruh daerah, termasuk kakak dan adik dari ibu saya. 

Setelah menikah, baru dua tahun kemudian saya lahir. Di 7 tahun pertama pernikahan mereka, perjuangan hidup masih berat. Kisahnya akan terlalu panjang bila diceritakan di sini. Barulah setelah saya masuk T.K., kondisi keuangan orangtua saya membaik.

Kondisi keuangan ini sangat berpengaruh pada lelaki. Tak heran muncul istilah “puber kedua” di usia 40-50-an. Apalagi ada para “cewek matre” yang mengejar “om-om berduit”. Dan ayah saya juga sempat terpeleset di situ. Meski di saat kejadian saya sesalkan, namun keputusan Ibu untuk bertahan terbukti tepat kemudian.

Karena kejadian itu pula saya mengangkat sumpah, satu-satunya sumpah yang pernah saya lakukan sesuai prosedur keagamaan yang saya yakini. Sumpah itu adalah sumpah untuk setia kepada pasangan. Maka, meskipun saya dua kali dikhianati, saya tidak membalasnya sama sekali. Saya selesaikan dulu hubungan dan segala urusan dengannya, baru saya mencari yang baru.

Saya tidak punya kelemahan soal wanita. Try me. Bolak-balik saya menolak P.D.K.T dari wanita yang saya rasa kurang cocok. Apalagi wanita semodel partisipan acara “Garis Tangan” di ANTV dan “Take Me Out Indonesia” di GTV, sama sekali bukan tipe saya.

Oh ya, sekalian saya jelaskan ya karena ada beberapa teman yang salah paham. Kalau ada wanita pergi berdua saja dengan saya ke suatu acara umum seperti meeting atau seminar, itu bukan kencan.

Apalagi sekedar pergi atau pulang bareng ke atau dari suatu tempat. Please jangan Ge-eR. Saya tidak pernah P.H.P.***) Kencan itu kalau saya minimal mengajak makan malam khusus berdua saja. Bisa disertai dengan acara lain seperti menonton film di bioskop atau menyaksikan konser musik. Selain itu, tentu bukan kencan namanya. Cuma pergi bareng aja.

Komunikasi via ponsel pun tak pernah. Baik telepon apalagi chat. Juga lewat medsos. Saya tantang anda teman F.B. saya yang pernah memfitnah saya “naksir” Anda untuk mengunggah tangkapan layar (screenshot) komunikasi digital bernada mesra atau merayu dari saya.

Kecuali dua orang teman F.B. yang dulu pernah saya taksir (satu penari dan satu penyiar), dengan sopan saya utarakan maksud sejak awal. Begitu beliaunya tidak berkenan, saya langsung mundur. Tidak mau bersikap tidak sopan. I am a gentleman, you know it.

Sedangkan bagi yang cuma kebetulan jalan bareng ke suatu acara, jelas sekali saya bukan tipe pebinor****) atau P.H.P. Beberapa mantan “teman dekat wanita” saya yang masih terkoneksi di F.B. ini sangat tahu hal itu. 

Kini, kepada istri saya, saya telah menerangkan gamblang konsep keluarga yang saya kehendaki. Perlu digarisbawahi, ini hanya khusus berlaku bagi saya dan istri secara mutlak. Orang lain tak punya hak ikut campur.

Saya tegaskan kepadanya saya tak akan mengulangi kesalahan ayahanda. Sungguh pun kini saya mewarisi “power“-nya yang bisa membuat silau. Tak ada ruang bagi poligami dengan wanita baru. Karena saya ingat kesakitan yang diderita Ibu saya ketika cintanya dikhianati. Walau begitu, baik saya maupun Ibu sudah sepenuhnya memaafkan Bapak. Tinggal saya yang harus menjaga diri agar hal itu tidak terulangi oleh saya. 

Catatan:

*) D.P.P. : Dewan Pimpinan Pusat 

**) G.S.N.I.: Gerakan Siswa Nasional Indonesia

***) P.H.P.: Pemberi Harapan Palsu

****) pebinor: perebut bini orang

Bila berminat, silahkan dibaca juga:

{Tulisan ini merupakan bagian ketujuh dari serial “Pelajaran Kehidupan Dari Wafatnya Ayahanda.”}

[Tulisan ini semula diunggah sebagai status di account FaceBook (F.B.) utama penulis pada tanggal yang sama.]

Foto Ilustrasi: Singapore Guide Book, diunduh dari hasil pencarian Google Images

Tinggalkan komentar