Kita Semua Bisa Jadi Pahlawan

Dunia kita saat ini sudah banyak dipenuhi oleh “superhero“. Apalagi bagi penyuka film seperti saya. Dua brand pemilik banyak karakter komik dunia yaitu DC dan Marvel berlomba-lomba menampilkannya di layar perak. Karena film jelas sudah jadi industri, maka tujuan mereka tak lain tak bukan adalah “cuan“.

Setting film yang dibuat kekinian, dengan kala waktu kiwari, membuat film yang sebenarnya fiktif imajinatif itu seolah nyata. Dikesankan bahwa para pahlawan dengan kekuatan “meta-human” itu benar-benar ada dan hidup bersama kita saat ini.

Semua itu seolah melupakan bahwa kita semua bisa jadi pahlawan. Tanpa perlu kekuatan super. Bahkan jelas tanpa perlu tanda jasa atau penghargaan lainnya.

Acara televisi seperti “Kick Andy” misalnya, menunjukkan betapa banyak pahlawan yang berjasa begitu besar di bidang masing-masing dan di lingkup terbatas di sekitar tempat tinggalnya. Namun, inspirasinya meluas melebihi ruang dan waktu tempat si pahlawan berkarya. Amplifikasi dari program televisi seperti itu tentu luas dan membuat si pahlawan makin dikenal.

Selain media massa, juga ada efek medsos. Menjadi “viral” bisa dimaknai secara positif. Apabila keviralan itu tentang sesuatu yang positif juga tentunya.

Banyak sekali hal yang bisa dilakukan sebagai “pahlawan”. Intinya adalah menjadi teladan. Namun, janganlah keterkenalan menjadi tujuan. Karena hal itu bisa mengurangi ketulusan.

Sumber Ilustrasi: news.utexas.edu/2022/07/13/what-does-it-take-to-be-a-hero/

Tinggalkan komentar