Hoaks di Youtube

Baru jadi “anak baru” alias “newbie” di dunia per-Youtube-an, saya mencermati berbagai hal di sana. Salah satu yang teramati jelas adalah begitu banyaknya hoaks di sana. Sebagai “Master anti Hoaks”, jiwa saya bergolak. Karena itulah, saya kemudian merancang sejumlah muatan (content) di kanal saya dengan semangat “memerangi hoaks”. Insya Allah akan segera tayang dalam waktu dekat. Dengan begitu, dalam sepekan saya bisa mengunggah dua kali. Satu hari tambahan bisa di hari apa saja, menambah waktu pengunggahan di satu hari tetap yaitu hari Minggu.

Salah satu hoaks yang “memanas” akhir-akhir ini adalah tentang “Pulau Pasir” yang terletak di selatan Nusa Tenggara Timur. Dalam peta internasional, pulau itu disebut “Ashmore Reef”. Cobalah cari di Google seperti saya lakukan dan terlihat di foto tangkapan layar (screenshot) di atas, maka akan muncul sejumlah tautan ke situs berita arus utama tentang soal ini.

Sebenarnya, awal dari berita-berita itu adalah dari kanal-kanal Youtube yang seolah “bela negara” dengan ambience atau nuansa kemiliteran. Saya tidak akan menuliskan tautannya atau mengunggah foto tangkapan layarnya di sini. Nanti malah tambah viral. Padahal, saat saya cek, video-video bertema itu sudah ditonton puluhan hingga ratusan ribu kali.

Intinya, disebutkan gara-gara pulau tersebut, Indonesia terlibat sengketa dengan Australia. Bahkan, konon Rusia sampai mengirimkan pesawat tempurnya untuk membantu Indonesia. Bahkan, dua hari lalu diberitakan secara bombastis seolah Indonesia menyerang Australia. Perang! Padahal semuanya hoaks! Cuma karangan dan khayalan belaka!

Sudahlah tingkat literasi Indonesia adalah nomor 62 dari 70 negara yang disurvei*), masyarakat kita masih dibombardir hoaks pula. Youtube yang merupakan situs dan aplikasi berbagi video tentu saja bisa menampilkan gabungan visual, teks, dan audio luar biasa. Sehingga pesan yang disampaikan melalui narasi akan lebih bisa masuk ke pikiran pemirsanya. Apalagi bila pencerapan yang bersangkutan lebih ke visual, ditambah literasi rendah, hoaks berupa provokasi dan agitasi semacam itu tentu bisa mempengaruhi banyak orang.

Saya tidak mau “sok pahlawan” atau “gagah-gagahan” berusaha memerangi hoaks. Tapi ini lebih kepada “panggilan jiwa” diawali “kegelisahan hati”. Karena pemerintah kita sepertinya berpuas diri dengan beberapa upaya yang dianggap telah sukses dan berhasil memerangi hoaks dan menggalakkan literasi.

Saya tahu ada sejumlah program pemerintah yang telah dijalankan. Namun, di pihak lain, ada pula beberapa pihak yang berupaya “memancing di air keruh”. Mereka memanfaatkan rendahnya tingkat literasi rakyat Indonesia. Antara lain dengan memproduksi dengan sengaja dan menyebarkan hoaks di Youtube. Sejauh ini, atas nama kebebasan berpendapat, tidak terlihat ada tindakan pemerintah untuk menanggulangi hal tersebut. Hanya jurus-jurus kehumasan lama yang terus-menerus dipraktekkan sejak zaman Orde Baru.

Catatan:

*) Berdasarkan data hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.

Tinggalkan komentar