Mainan Baru: Kanal Youtube

Saya sedang senang-senangnya mengelola kanal Youtube baru.Seperti terlihat dari foto tangkapan layar (screenshot) di atas, hari ini saya mendapatkan alamat URL (Uniform Resource Locator) unik untuk kanal Youtube saya. Otoritas Youtube menerapkan sistem baru bernama Youtube Handle. Dengannya, nama dan alamat kanal lebih mudah bila bisa dibaca dan dihafalkan, daripada menggunakan alamat situs asli yang berupa deretan angka dan huruf kode tak beraturan,

Kanal Youtube saya aslinya beralamat di: ” https://www.youtube.com/channel/UCQ9DxzSRVtrhEeDTcj0f7dg “. Itu adalah alamat yang dibuat oleh sistem, sehingga jelas sekali sulit dihafalkan. Agar mudah, saya menyingkatnya dengan aplikasi “URL Shortener” sehingga menjadi: ” https://s.id/YoutubeBhayuMH “. Dan hari ini, dari Youtube secara resmi saya mendapatkan alamat: ” https://youtube.com/@bhayumahendrah.bhayumh ” atau kalau di aplikasinya cukup diketik “@bhayumahendrah.bhayumh”. Alamat itu sengaja dipilih sebagai pembeda. Karena ternyata di Youtube ada beberapa nama “BhayuMahendra” lainnya. Sementara, di semua platform media sosial, sebenarnya “nickname” saya adalah @bhayumh. Itu adalah account utama saya baik di Instagram, Twitter, maupun Facebook. Di Youtube, nama “@bhayumh” juga sudah saya amankan. Hanya saja, kanal yang dibuat sekitar 11 tahun lalu itu, sama sekali tidak aktif. Hanya ada satu video saja di sana, walau ternyata saat saya cek hari ini, jumlah pemirsanya lumayan. Sementara, subscribers hanya ada satu saja. Sehingga, saat di kanal Youtube baru yang aktif ini, saya memutuskan memakai dua nama sekaligus agar jelas dan unik.

Setelah baru tiga kali hari Minggu saya unggah video baru, perkembangan kanal ini sangat signfikan bagi saya. Jumlah pemirsa, jam tayang, dan pelanggan (subscribers)-nya meningkat drastis. Meski sudah dibuat sejak bulan Juni 2022 sebagai bagian dari pelatihan yang diadakan Kemenkominfo, namun baru sekitar sebulan ini saya bersemangat mengisinya. Sebabnya adalah “kecelakaan” saja sebenarnya. Saya mengunggah video tentang kue “black forest” yang dibuatkan istri saya ke video pendek “Shorts“. Durasinya maksimal hanya 15 detik. Tapi ternyata pemirsanya “meledak”! Lebih dari 1.000 kali dilihat dalam waktu 24 jam pertama! Senang mengetahui apresiasinya bagus, saya pun membuat lagi video dalam format normal. Pemirsanya pun lumayan bagi kanal Youtube baru seperti milik saya. Dan ternyata, jumlah pelanggan (subscribers)-nya pun perlahan merangkak naik.

Sebagai generasi “kolonial”, yang terkategori “digital migrant“, saya terkendala waktu, tenaga, dan mood. Malas rasanya buang-buang waktu membuat video “gak jelas“. Tapi ternyata, saat karya kita diapresiasi orang lain, hal itu bisa menambah “energi hidup” juga. Maka, saya pun makin bersemangat membuat video baru untuk mengisi kanal tersebut.

Meski tidak dimaksudkan untuk monetisasi, namun bila efek sampingnya ternyata bisa menghasilkan uang, mengapa tidak? Lha wong para selebritis yang penghasilannya sudah milyaran per bulan saja serius kok menggarap kanal Youtube-nya. Masa’ saya yang terkategori “rakjel sobat missqueen” ini gengsian, sih? Memang ini terasa menyenangkan bagi saya. Bak mendapatkan mainan baru saja rasanya. Hehehe… :p

Tinggalkan komentar